Hari masih
pagi, kedua remaja desa itu sudah berkemas menuju sepetak lahan jagung, milik ortu mereka yang sudah
renta. Mereka berdua bergegas untuk mengambil daun jagung, sisa panen kemarin
untuk ternak sapi mereka.
Meski
kabut masih menyelimuti dusun Kedung Uter Brebes, tapi mereka dengan sigap
menerjangnya, tanpa keluha dan resah dipagut dinginya pagi di musim kemarau.
Mereka berdua dengan riangnya melompati pematang lahan, yang masih banyak
ditumbuhi tanaman jagung yang belum dipanen.
Meskipun
mereka berdua adalah wanita, namun bahu dan badan mereka telah kokoh. Karena
sudah Biasa membantu ortu, dalam mengolah lahan yang bergantian ditanami
jagung, bawang merah atau padi.
Kadang
kala mereka berguman dalam hati nereka masing masing, entah apa yang dilakukan
teman teman mereka sepagi ini, yang serba berkecukupan, penuh fasilitas dari
ortunya yang kaya dan hidup di perkotaan. Yang jelas mereka semua tentu sudah
berkuliah di perguruan tinggi yang maju.
Siti
sudah 2 tahun lulus SMA tetapi tidak melanjutkan studinya, sementara Atun baru
tahun ini lulus, mereka sepakat untuk
membantu ortu mreka yang sudah sakit sakita, Terkadang meeeka berduapun
bergelut di sawah dan bertani berpeluh
layaknya seorang laki laki. Termasuk pagi ini yang memungut daun daun jagung
sisa pannen, untuk sapi mereka yang berjumlah 5 ekor.
Dengan
ringanya mereka mengikat daun jagung dan nenggendongnya denga ikatan selendang.
Daun jagung itu cukup banyak hingga sampai di atas jepala mereka. Sungguh berat
pekerjaan mereka berdua, namun mereka sadar itulah yang mampu mereka lakukan
demi ortunta dan adik adik nereka yang masih duduk di SMP dan SD.
Mereka
berduapun masih punya cita cita untuk kerja di pabrik atau perusahaan yang mau
menerima nereka, dan apabila gaji mereka sudah cukup. Mereka siap untuk
menggantikan kjedua ortunya yang sudah renta untuk membiayai semua kebuutuhan
hidup keluarga Sutrisno dan Marsiyem.
***
Hari
masih pagi sesampai mereka di kandang sapi, yang tidak begitu hauh dari rumah
mereka. Terdengar kenguh sapi mereka yang kelaparan. Bapak mereka sedang
menyentir kandang dengan air untuk membersihkan kjandang sapi itu. Ibu erekja
sedang memberi makan ayam mereka yang junlahnya puluhan dengan nasi dan dedak.
Kedua adiknya sudah berjalan menuju sekolah mereka masing masing, tanpa
diantar.
Tid
ak berapa lama mereka bewrkunpul di ruang tengah yang swderhana tapi bersih untuk sarapan meeeka. Suap emi suap nasi hangat bercampur sambel dan ikan asin masujk ke mulut mereka. Mereka bersama sarapan dengan riang dan saling celoteh sendau gurau, tanpa merasa beban hidup yang berat.
Bagai
mereka hidup selalu dijalani dengan riang dan tanpa keluh kjesah, meski nereka
memiliki angan untuk merubah hidup mereka menurut kemampuan mereka. Mereka
tidak memiliki rumus hidup untuk bisa langsung menjadi kaya, seperti kebanyakan
orang jaman sekarang. Hidup tentram damai adalah milik mereka semua.
Hari
sudah agak siang, mereka berdua mulai ke kebun sekitar rumah untuk mmemetik
sayuran guna makan siang nanti. Sekali bapak ereka menyembelih ayam untuk lauk
makan siang, kadang pula Siti dan Atun
ke pasar guna melengkapi menu makan siang nanti yang sudah dirembug meka
semua***