Senin, 09 Agustus 2021

SITI DAN ATUN

 


Hari masih pagi, kedua remaja desa itu sudah berkemas menuju sepetak  lahan jagung, milik ortu mereka yang sudah renta. Mereka berdua bergegas untuk mengambil daun jagung, sisa panen kemarin untuk ternak sapi mereka.

Meski kabut masih menyelimuti dusun Kedung Uter Brebes, tapi mereka dengan sigap menerjangnya, tanpa keluha dan resah dipagut dinginya pagi di musim kemarau. Mereka berdua dengan riangnya melompati pematang lahan, yang masih banyak ditumbuhi tanaman jagung yang belum dipanen.

Meskipun mereka berdua adalah wanita, namun bahu dan badan mereka telah kokoh. Karena sudah Biasa membantu ortu, dalam mengolah lahan yang bergantian ditanami jagung, bawang merah atau padi.  

Kadang kala mereka berguman dalam hati nereka masing masing, entah apa yang dilakukan teman teman mereka sepagi ini, yang serba berkecukupan, penuh fasilitas dari ortunya yang kaya dan hidup di perkotaan. Yang jelas mereka semua tentu sudah berkuliah di perguruan tinggi yang maju.

Siti sudah 2 tahun lulus SMA tetapi tidak melanjutkan studinya, sementara Atun baru tahun ini lulus, mereka sepakat untuk  membantu ortu mreka yang sudah sakit sakita, Terkadang meeeka berduapun bergelut di sawah  dan bertani berpeluh layaknya seorang laki laki. Termasuk pagi ini yang memungut daun daun jagung sisa pannen, untuk sapi mereka yang berjumlah 5 ekor.

Dengan ringanya mereka mengikat daun jagung dan nenggendongnya denga ikatan selendang. Daun jagung itu cukup banyak hingga sampai di atas jepala mereka. Sungguh berat pekerjaan mereka berdua, namun mereka sadar itulah yang mampu mereka lakukan demi ortunta dan adik adik nereka yang masih duduk di SMP dan SD.

Mereka berduapun masih punya cita cita untuk kerja di pabrik atau perusahaan yang mau menerima nereka, dan apabila gaji mereka sudah cukup. Mereka siap untuk menggantikan kjedua ortunya yang sudah renta untuk membiayai semua kebuutuhan hidup keluarga Sutrisno dan Marsiyem.

***

Hari masih pagi sesampai mereka di kandang sapi, yang tidak begitu hauh dari rumah mereka. Terdengar kenguh sapi mereka yang kelaparan. Bapak mereka sedang menyentir kandang dengan air untuk membersihkan kjandang sapi itu. Ibu erekja sedang memberi makan ayam mereka yang junlahnya puluhan dengan nasi dan dedak. Kedua adiknya sudah berjalan menuju sekolah mereka masing masing, tanpa diantar.

Tid


ak berapa lama mereka bewrkunpul di ruang tengah yang swderhana tapi bersih untuk sarapan meeeka. Suap emi suap nasi hangat bercampur sambel dan ikan asin masujk ke mulut mereka. Mereka bersama sarapan dengan riang dan saling celoteh sendau gurau, tanpa merasa beban hidup yang berat.

Bagai mereka hidup selalu dijalani dengan riang dan tanpa keluh kjesah, meski nereka memiliki angan untuk merubah hidup mereka menurut kemampuan mereka. Mereka tidak memiliki rumus hidup untuk bisa langsung menjadi kaya, seperti kebanyakan orang jaman sekarang. Hidup tentram damai adalah milik mereka semua.

Hari sudah agak siang, mereka berdua mulai ke kebun sekitar rumah untuk mmemetik sayuran guna makan siang nanti. Sekali bapak ereka menyembelih ayam untuk lauk makan siang, kadang pula Siti dan Atun  ke pasar guna melengkapi menu makan siang nanti yang sudah dirembug meka semua***

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar